Kita yang Berusia 20 Tahunan

(Biasanya)

Di usia 20 tahun-an..
Pertama kalinya bagi kita di wisuda, pertama kali juga merasakan susahnya mencari pekerjaan, pertama kali masuk ke dunia kerja dan tahu rasanya gajian.

Di usia 20 tahun-an..
Kita berubah-ubah peran dengan begitu cepatnya, dari mahasiswa, pekerja, suami/istri, lalu menjadi ibu/ayah. Peran yang harus kita dapatkan sembari melewatinya dengan pertanyaan-pertanyaan “Kapan..?” dari orang sekitar. Pertanyaan yang kerap kali terasa seperti tekanan.

Di usia 20 tahun-an..
Kita mulai mengerti mengapa hidup harus dipertanggung jawabkan. Tidak sama lagi saat masih belia, saat tidak melakukan apa-apa adalah hal yang baik-baik saja. Karena hari ini, tidak berbuat sama artinya dengan bunuh diri.

Di usia 20 tahun-an..
Ada saat ketika bangun pagi tak lagi segar. Siang hari sibuk mempertanyakan "apa aku berlelah untuk hal yang tepat?". Hingga malam tiba, terkadang kita tidur membawa rasa cemas tentang masa depan. Kita yang sedang terombang ambing untuk benar-benar menjadi dewasa. Kita yang menuntut diri harusnya tak boleh lagi melakukan kesalahan namun justru semakin banyak berbuat salah. Periode Quarter Life-Crisis, begitu kata mereka menggambarkan.

Dari gambaran mereka tersebut, agaknya kita perlu berhenti khawatir. Jelas sudah ternyata apa yang membuat kita ragu, ternyata juga diragukan oleh banyak orang seusia kita. Walau memiliki keadaan serta persoalan yang berbeda-beda namun kesimpulannya tetap sama, kita hanya sedang tumbuh.
Semua masih baik-baik saja. Tidak ada yang perlu melarikan diri hanya karena keadaanya berbeda dari yang lain. Nikmatilah, bunga mana yang tumbuh tanpa terkena angin? Dan jangan lupa, tidak hanya satu cara bunga untuk tumbuh.
mividayyo.tumblr.com

Jika diperhatikan, dunia ternyata masih sama. Kitanya yang berubah. Lewat pola pikir serta ilmu-ilmu baru yang kita punya. Karena itu di usia-usia sekarang, kita lebih banyak mengkritik daripada memahami. Kritikan-kritikan itu membawa dunia membaik atau memburuk. Semua tergantung pengubahnya, kita.

Lalu pada akhirnya, yang harus kita lakukan hanyalah bertumbuh dengan cara yang baik. Memang sudah tidak layak diusia sekarang bertanya tentang siapa aku atau untuk apa aku hidup. Tidak patut masih bingung dengan hal-hal yang bersifat pondasi, agama misalnya. Namun, jika barangkali kamu masih begitu, perbaikilah sesegera mungkin tanpa perlu memandang buruk dirimu. Tanpa akar yang kuat, bunga tak akan bisa hidup dengan baik. Walaupun ia tetap bisa hidup.

Sementara untuk hal lainnya, sepertinya kita harus sepakat bahwa itu adalah hal yang sia-sia kita perdebatkan. Hitam putih itu sudah jelas, sisanya adalah pilihan. Dan untuk setiap pilihan, akan selalu ada baik buruknya, enak tidak enaknya. Tidak perlu lagi bersikeras bahwa menjadi pegawai berseragam adalah hal yang tidak lebih baik daripada bekerja di star-up. Menikah di usia 23 tahun lalu memiliki anak pertama di usia 25 tahun tidak menunjukkan kita adalah orang yang lebih mulia daripada yang belum menikah ataupun sebaliknya. Untuk hal sejenis itu, kita tidak perlu bertingkah kaku.  Yang terpenting, berdo'alah sesering mungkin, berusaha lebih keras, makanlah dengan baik, pandai-pandai menghibur diri, saat terjatuh, kita hanya perlu berdiri lagi. Nanti setelah melewati semuanya, semoga kita mampu melihat masa ini sebagai masa lalu yang mendewasakan, menghebatkan, hingga layak untuk diceritakan sambil tersenyum puas. Ya, insyaAllah.. ☺☺

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

0 komentar:

Post a Comment