siriusserius

  • Home
Home Archive for 2013


     Tanggal 21 april biasanya selalu diperingati sebagai hari Kartini.  Pernahkah kita berfikir kenapa harus ada hari kartini? Jika itu sebagai bentuk penghargaan kepadanya karena telah “mengangkat” derajat kaum wanita, maka mungkin bisa timbul pertanyaan yang lain, kenapa hanya kartini? Hanya ada hari untuk kartini. Bukankah banyak pahlawan wanita yang juga ikut berjuang untuk diri, kaum, bahkan negaranya?
Sebelum mengira-ngira atau mengamini hari “spesial” 21 april ini, akan lebih arif rasanya jika kita ketahui dulu apa yang menjadi latar belakang kisah peringatan yang kita rasakan auranya kini.
133 tahun yang lalu, Jepara, Jawa Tengah, lahir seorang bayi yang kelak menjadi “hero” di kalangan kaumnya, jasanya akan dikenang, namanya akan dikenali oleh bocah polos hingga kaum tua renta. Raden Ajeng Kartini, lahir dari keluarga bangsawan Jawa, putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang bupati Jepara. R.A. Kartini yang dibesarkan dalam kehidupan layaknya seorang putri bangsawan, mempunyai minat yang besar terhadap kehidupan sosial di sekitarnya, terlebih bagi kaum wanita. R.A Kartini memiliki kepandaian dalam merangkai kata-kata, banyak surat yang ia tulis yang biasanya ia kirimkan kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon. Hubunganya dengan Abendanon menjadi gerbang hari spesial ini lahir. Ia semakin di kenal dikalangan orang Belanda, Estella Zeehandelaar, seorang aktivis gerakan Social Democratische Arbeiderspartij (SDAP) adalah wanita yang mengenalkan Kartini pada berbagai ide modern, terutama mengenai perjuangan wanita dan sosialisme.
     Setelah menikah Kartini mendirikan Sekolah Kepandaian Putri, disitulah R. A kartini menanamkan nilai-nilai emansipasi wanitanya, wanita tak hanya berkutat dengan kamar, dapur, dan rumah. Sebuah kesetaraan derajat yang harus diperjuangankan. Setelah wafatnya Kartini, namanya semakin besar terdengar, orang-orang Belanda termasuk Abendon, menerbitkan buku yang berisi surat-surat Kartini dengan judul Door Duisternis tot Lich. Kemudian terbit juga edisi bahasa Inggrisnya dengan judul Letters of a Javaness Princess. Beberapa tahun kemudian, terbit terjemahan dalam bahasa Indonesia dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran (1922).
     Dua tahun setelahnya, Hilda de Booy-Boissevain mengadakan prakarsa pengumpulan dana yang memungkinkan pembiayaan sejumlah sekolah di Jawa Tengah. Tanggal 27 Juni 1913, didirikan Komite Kartini Fonds, yang diketuai C.Th. van Deventer. Usaha pengumpulan dana ini lebih memperkenalkan nama Kartini, serta ide-idenya pada orang-orang di Belanda. Prof. Dr. Harsja Bachtriar kemudian mencatat: “Orang-orang Indonesia di luar lingkungan terbatas Kartini sendiri, dalam masa kehidupan Kartini hampir tidak mengenal Kartini dan mungkin tidak akan mengenal Kartini bilamana orang-orang Belanda ini tidak menampilkan Kartini ke depan dalam tulisan-tulisan, percakapan-percakapan maupun tindakan-tindakan mereka.”
     Karena itulah, simpul guru besar UI tersebut: “Kita mengambil alih Kartini sebagai lambang emansipasi wanita di Indonesia dari orang-orang Belanda. Kita tidak mencipta sendiri lambang budaya ini, meskipun kemudian kitalah yang mengembangkannya lebih lanjut.”
Kita mengembangkannya lebih lanjut dan terus berlanjut hingga hari ini, suatu bingikasan emansipasi wanita yang dikirimkan dari Belanda. Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.
Lalu, apakah hanya Kartini? Apakah sebelum Kartini wanita-wanita Indonesia seuntuhnya hanya wanita-wanita bodoh yang mudah diinjak-injak kepribadiannya? Atau mungkin wanita Indonesia pada masa sebelum Kartini belum memiliki kepribadian?
Mungkin kita terlupa atau memang tak memperdulikannya, bahwa
     164 tahun yang lalu, bumi Aceh dihadiahi dengan lahirnya seorang bayi yang kelak akan memperjuangkan bangsanya dengan ayunan pedang dan jiwa yang tak tunduk terhadap penjajah. Cut Nyak Dien, ia cukup dikenal dalam mata uang rupiah senilai Rp10.000,- keluaran tahun 1998, juga dalam sebuah film yang di sutradarai oleh Eros Djarot, Tjoet Nja’ Dhien pada tahun 1988, serta di kalangan siswa SD yang posternya terpajang di sudut kelas sebagai Pahlawan Nasional. Jika Kartini berjuang dalam keindahan katanya-katanya maka Cut Nyak Dien lebih memilih ikut serta mengangkat pedang dan menebas penjajah dengan ayunan tangannya. Ketika Belanda membakar Mesjid Raya Baiturrahman, Cut Nyak Dien pun berujar keras di hadapan rakyat Aceh, “Lihatlah wahai orang Aceh. Tempat ibadah kita dirusak. Mereka telah mencoreng nama Allah. Sampai kapan kita akan begini? Sampai kapan kita akan menjadi budak Belanda.”                                                                          
     Dan kini tak ada hari untuk mengenang kisah Cut Nyak Dien bagi kita, rakyat Indonesia.
Mundurlah 371 tahun dari sekarang, kita akan melihat kepemimpinan hebat dari Sultanah Seri Ratu Tajul Alam Safiatuddin Johan Berdaulat yang sangat cerdas dalam memajukan pendidikan baik untuk pria maupun wanita. Wanita yang menguasai 4 bahasa asing diantaranya bahasa Arab, Persia, Spanyol dan Urdu ini berhasil mengagalkan usaha Belanda untuk menguasai Aceh, VOC tidak berhasil memonopoli perdagangan timah dan komoditi lainnya.
     Semakin mundur kita akan bertemu dengan Malahayati, pada tahun 1599, sekitar 416 tahun yang lalu ia memimpin 2000 pasukan Inong Balee dan mengegerkan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda, hebatnya lagi ia berhasil membunuh Cornelis de Houtman dengan tangannya sendiri. Karena itulah ia diberi gelar laksamana, Laksamana Malahayati.
     Begitu lama waktu bagi penjajah menyulam sejarah di tanah Indonesia, Spanyol, Portugis, Belanda, Inggris, Jepang, masing-masing dari mereka membentuk kain kisah yang berbeda-beda. Begitupun para pejuang kita, tak hanya pejuang dari kaum Adam, namun juga dari kaum Hawa, tak hanya Kartini, namun masih banyak lagi. Atas dasar apa hanya ada hari untuk Kartini tapi tidak untuk pejuang yang lain? Kenapa emansipasi yang disodorkan Belanda yang kita lanjutkan hingga hari ini? Apa kurangnya dengan emansipasi berudarakan islam yang telah terlebih dahulu ada di Indonesia? Mungkinkah hadiah dari orang “asing” lebih berharga buat kita? (Bolly)



Subscribe to: Posts ( Atom )

ABOUT AUTHOR

Hello there, Thank you for visiting my blog. I'm Riri, 1992, Indonesian and a muslim. Nice to “meet” you in my blog. i'm waiting for your comment and suggestion, it will make this blog better.. Happy blogging!

LATEST POSTS

  • jurusan kuliah yang menjanjikan di Masa Depan
    Bagi teman-teman yang baru lulus dari SMA, tentu jenjang kuliah jadi proses berikutnya untuk menjadi orang yang lebih sukses dan menjanj...
  • 10 Hal yang Perlu Disiapkan Sebelum Liburan ke Korea Selatan
    Hay my sirius, Saya mau berbagi tentang perjalanan bersama keluarga ke Korea Selatan musim gugur ini. Kita berangkat dengan 11 orang perso...
  • anjing jawab azan (NO SARA) Muslim Masuk !!!
    &l;p>Yur browser dos not support iframes.</p>    Sebelumnya ane menegaskan kalo thread ini ...
  • (Bukan Tentang) Sebuah Toko Kue di Kota Tua..
    Pinterest.com Inggrid: "Mbak, nanti di pilgub pilih siapa?" Latifah: "Belum tau nih, pokoknya ga yang nomor 2....
  • 10 Alasan Kenapa Minuman Alkohol Harus Dijauhi
    Alkohol bisa berasal dari mana saja, tapi yang paling populer terdapat dalam minuman anggur, bir atau minuman keras lainnya. Ada 10 al...
  • Dua Tahun Tempuh 3.200 Km, Kucing Temukan Rumah Majikan[Base on true Story]
    Seekor kucing berjalan 3.218 kilometer untuk mencari majikannya setelah majikannya pindah rumah tanpa si kucing dari Uzbekistan ke Rusia. ...
  • 5 minuman Pelepas Strees Di kantor
    Ketika terjebak dengan rutinitas kantor dan kesibukan kehidupan sehari-hari, stres mudah timbul. Stres juga mempengaruhi kualitas kerja ...
  • Destinasi Wisata yang Layak dikunjungi Saat Berlibur ke Seoul
    Welcome to Seoul My Sirius! Pagi hari di wilayah Jongno-gu, 9 derjat celcius, Seoul sedang berada di musim gugur. Musim yang katanya me...
  • 10 fakta tentang mata
    10. Semua orang akan butuh kacamata untuk membaca ketika mereka mulai menua Jika anda sedang membaca artikel ini dan berumur di bawah ...
  • membaca kepribadian lewat tulisan
    Setiap tulisan yang di buat oleh seseorang mencerminkan kepribadian orang tersebut. Teknik ini di namakan Grafologi . Dan tentunya butuh ...

Blogger templates

Categories

  • NOTES (5)
  • OPINI (4)
  • VACATION (3)

Blog Archive

  • ►  2019 (3)
    • ►  November (3)
  • ►  2017 (3)
    • ►  November (1)
    • ►  September (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2016 (1)
    • ►  May (1)
  • ►  2015 (2)
    • ►  November (2)
  • ▼  2013 (1)
    • ▼  April (1)
      • Tak Hanya Kartini
  • ►  2012 (6)
    • ►  March (6)
  • ►  2011 (48)
    • ►  July (2)
    • ►  March (3)
    • ►  February (20)
    • ►  January (23)
Powered by Blogger.

Report Abuse

About Me

  • Riri Novriani
  • riririani

Followers

Total Pageviews

Search This Blog

Linkie ♥

Pages

  • Beranda
  • Home

Latest Posts

  • jurusan kuliah yang menjanjikan di Masa Depan
    Bagi teman-teman yang baru lulus dari SMA, tentu jenjang kuliah jadi proses berikutnya untuk menjadi orang yang lebih sukses dan menjanj...
  • 10 Hal yang Perlu Disiapkan Sebelum Liburan ke Korea Selatan
    Hay my sirius, Saya mau berbagi tentang perjalanan bersama keluarga ke Korea Selatan musim gugur ini. Kita berangkat dengan 11 orang perso...
  • anjing jawab azan (NO SARA) Muslim Masuk !!!
    &l;p>Yur browser dos not support iframes.</p>    Sebelumnya ane menegaskan kalo thread ini ...

Blogroll

Change.org| Memulai Petisi online

Flickr

About

Tweets by @riririani23
Copyright 2014 siriusserius.
Designed by OddThemes